Bagi umat Islam, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkannya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Al-Quran mengungkapkan bahwa puasa adalah aktivitas ubudiyah agar orang-orang beriman mencapai derajat takwa. Dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 183 dijelaskan tentang puasa, sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Selain sebagai ibadah, puasa juga memiliki peran penting terhadap kesehatan. Dimana kesehatan merupakan elemen utama saat kita menjalankan segala aktivitas. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya pasti memiliki hikmah luar biasa yang terkadang tidak kita sadari. Jadi, puasa ini tidak semata-mata hanya bernilai spiritual tapi juga bernilai secara jasmani.
Berikut beberapa fakta menarik, mengapa puasa sangat penting bagi kesehatan.
1. Konsep Autophagi
Konsep Autophagi adalah membuat tubuh lapar. Ketika tubuh seseorang lapar, maka sel-sel tubuhnya pun ikut lapar. Sel yang lapar ini akan memakan sel dirinya yang sudah tidak berguna atau sel yang telah mati agar tidak menjadi sampah dalam tubuh. Dengan demikian sel mati ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang bisa membahayakan tubuh. Jadi, tubuh orang yang berpuasa akan membersihkan dirinya sendiri.
Ilmuwan bernama Yoshinori Ohsumi ini telah membuktikan dan menemukan bahwa ketika seseorang lapar (puasa) dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka tubuh akan membentuk protenin khusus di seluruh tubuh yang disebut autophagisom.
Autophagisom tersebut bisa di analogikan sebagai sapu raksasa yang mengumpulkan sel-sel mati yang tidak berguna dan bisa membahayakan tubuh untuk dikeluarkan. Sel-sel mati ini banyak dihasilkan oleh sel kanker dan sel berbentuk kuman (virus atau bakteri) penyebab penyakit. Protein autophagisom ini berfungsi untuk menghancurkan dan memakan sel-sel berbahaya tersebut, lalu mengeluarkannya.
2. Mencegah Hipoglikemia
Dalam perspektif ilmu kesehatan, puasa dalam bulan suci Ramadan merupakan training center bagi umat Islam untuk dapat menjaga keseimbangan pola makan serta keseimbangan antara kebutuhan tubuh dengan makanan yang dikonsumsi.
Itulah sebabnya Rasulullah SAW. menganjurkan untuk mengakhirkan sahur dan mempercepat berbuka ketika sudah tiba saatnya, sebagai sebuah kesunnahan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa. Mengapa demikian? Karena dengan mengakhirkan sahur dan mempercepat berbuka, berarti memberikan kesempatan kepada tubuh untuk mengoptimalkan penggunaan sumber energi yang didapat dari makan sahur dan mengoptimalkan sumber energi cadangan yang telah disimpan oleh tubuh, sehingga tubuh tidak akan jatuh pada suatu keadaan yang disebut sebagai hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
3. Melancarkan Pencernaan dan Baik Untuk Kesehatan Wanita
Secara biologi, selama melaksanakan puasa tubuh mengalami proses metabolisme atau makanan di daur ulang dalam sistem pencernaan sekitar 8 jam, dengan perincian 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah wujudnya menjadi sari-sari makanan. Sari-sari makanan di usus kecil kemudian diabsorbsi oleh pembuluh darah yang dikirim ke seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam merupakan waktu yang ideal bagi sistem percernaan untuk istirahat.
Di sisi lain, Alvenia M. Fulton, seorang pakar nutrisi yang juga direktris salah satu lembaga makanan sehat di Amerika, melalui berbagai penelitiannya menyimpulkan dalam satu kalimat, “Fasting is the ladies best beautifier, it brings grace, charm and poise, it normalizes female function and reshapes the body contour.” Puasa adalah cara terbaik bagi wanita untuk memperindah dan mempercantik dirinya, alasannya karena puasa menghasilkan kelembutan, keluwesan dan pesona. Menarik untuk diperhatikan juga bahwa, ilmu kedokteran mutakhir menetapkan terutama bagi mereka yang telah berusia lanjut, wajib berpuasa sehari setiap minggu, atau seminggu setiap bulan, dan yang paling baik adalah sebulan setiap tahun. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam tentang syariat puasa satu bulan penuh di saat bulan Ramadhan yang telah diperintahkan sejak abad ke dua hijriyah.
Hal-hal diatas di perkuat dengan pernyataan Syekh Imam Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya Al Munir juz 1, dimana berkat tafsirnya ini beliau dijuluki Sayyid Ulama Al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), yang menyatakan bahwa nafsu perut merupakan pangkal dari segala penyakit dan cacat diri, baik jasmani maupun rohani. Nafsu perut lazimnya diikuti nafsu seksual. Maka orang yang belum menikah disunnahkan untuk berpuasa agar terhindar dari fitnah seksual ini. Sebab dengan mengosongkan perut, gejolak seksual relatif lebih mudah dikontrol. Apabila manusia sudah sanggup me“manage” kedua nafsu tersebut, maka dengan sendirinya akan mampu menahan nafsu-nafsu derivatif berikutnya, misal nafsu keserakahan, kemegahan, keangkuhan, iri, dan sebagainya.
Selain itu, masih banyak lagi hikmah puasa bagi kesehatan yang bisa kita petik. Setelah 11 bulan lamanya kita gunakan tubuh sebagai mesin penggerak, di bulan Ramadhan inilah waktu yang paling tepat untuk sejenak memberi rehat agar mengoptimalkan kembali segala fungsi tubuh. Sehingga tubuh tetap sehat dan kita nyaman dalam beribadah.