Sempurnakanlah Ikhtiar

Setiap hari kita seakan mendapat teror: angka positif Corona terus bertambah. Hari ini (21/3/2020) jumlah pasien positif Corona sudah mencapai 450 orang. Dari angka itu, 38 orang diantaranya meninggal dunia. Secara persentase, jumlah mortality rate itu setara dengan 8.3%. Suatu angka yang sangat tinggi  bahkan jika kita bandingkan dengan Italia (7%) dan Cina (3.5%). 

Italia kini jadi perhatian dunia karena jumlah korbannya sudah di atas negara pusat Corona meledak: Cina. Salah satu kealpaan rakyat Italia, mereka menganggap remeh virus ini dan asyik bercengkrama, nongkrong di kafe, berperjalanan keluar kota dan berpesta. Apa pelajaran dari kasus Corona di Italia dan Cina itu? Kita wajib berusaha agar virus ini tak merebak lebih banyak lagi. 

Caranya? Maksimalkan ikhtiar. Salah satunya adalah mengikuti anjuran pemerintah, yaitu agar kita melakukan social distancing dan beraktivitas lebih banyak di rumah. Kok kayaknya tidak berpengaruh bangat yah? Apa iya dengan hanya berdiam di rumah lalu virus kalah?.

Saudaraku, ikhtiar adalah tugas kita. Hasil akhir Allah yang tentukan. Seperti ketika Maryam hendak melahirkan Nabi Isa (alaihi salam). Maryam diminta untuk menggoyangkan pohon kurma agar buahnya jatuh hingga bisa dimakan untuk menambah stamina.  

Secara manusiawi, apa mungkin Maryam dapat menggoyang-goyangkan pohon Kurma sedangkan dia cuma bersandar lemah, kehabisan tenaga. Namun demikian, Maryam tetap menggerakkan badannya, berharap agar ada buah kurma yang jatuh. Masya Allah, tiba-tiba buah kurma berjatuhan, bahkan buah kurma setengah matang (ruthob) yang berjatuhan. Padahal biasanya buah yang masih ruthob itu sulit sekali jatuh bahkan jika ditiup angin sangat kencang. 

Kita hanya diminta beraktivitas lebih banyak di rumah, sedangkan Maryam lalu diperintahkan Allah, “Jangan Bicara”. Kaum-nya bertanya, siapa anak bayi itu, Maryam? Karena pesan tak boleh bicara, Maryam hanya menunjuk pada bayinya itu. Allah SWT berfirman: 

فَأَشَارَتۡ إِلَیۡهِۖ قَالُوا۟ كَیۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِی ٱلۡمَهۡدِ صَبِیࣰّا

“Maka dia pun menunjuk kepada anaknya Isa — alaihissalam — yang masih bayi yang masih di ayunan. Kaumnya berkata kepadanya dengan penuh keheranan, “Bagaimana bisa kami berbicara dengan seorang anak yang masih dalam ayunan?”. (Qs Maryam: 29)

Dan tiba-tiba — dengan izin Allah — Nabi Isa (alaihi salam) berkata, “Aku ini Hamba Allah. Kelak aku akan diberikan kitab suci dan aku dijadikan Nabi”.

Saudaraku, tugas kita hanya menyempurnakan ikhtiar, selebihnya kita serahkan pada Allah SWT. Pakailah masker, jauhkan diri dari tempat kerumunan massa, jalani pola hidup sehat, dan lakukan aktivitas di rumah. Jangan tak pernah menyempurnakan ikhtiar, lalu dengan mudah berkata, “Saya sih tawakkal saja”.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahua’lam bis shawwab.