Pengertian Nishab dan Haul Serta Penjelasannya

Pengertian Nishab
Nishab merupakan batasan miminal kekayaan seseorang yang diwajibkan untuk membayar zakat. Apabila seseorang memiliki harta yang telah mencapai nishab maka orang tersebut sudah diwajibkan untuk berzakat. Sebaliknya, seseorang tidak wajib membayarkan zakat apabila kekayaannya tidak mencapai nishab.
Satuan harta nishab pada zakat bisa bermacam-macam tergantung jenis zakatnya. Zakat harta bisa meliputi hasil perniagaan, hasil panen, hasil laut, hasil pertambangan, hasil ternak, harta temuan, maupun emas dan perak. Semua itu memiliki nishab yang berbeda-beda dan tidak dapat di samaratakan.
 
Pengertian Haul
Secara bahasa berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk tunggal kata ahwalun ataupun hu’ulun yang juga semakna dengan kata assanah yang diartikan dengan “satu tahun”. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Dan tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul.” Sama halnya dengan nishab, syarat haul juga bisa berbeda-beda tergantung jenis harta yang dimiliki. Adapun untuk harta yang belum mencapai haul tidak termasuk wajib zakat.
Pemberlakuan Haul
Harta zakat terdapat dua macam :
  1. Harta yang perlu memperhatikan haul untuk dikeluarkannya, yaitu hewan, nilai-nilai perniagaan. Maka, tidak wajib zakat kecuali jika sudah berlalu satu tahun.
  2. Harta yang tidak memperhatikan haul dan tidak wajib dengan haul seperti buah-buahan, biji-bijian dan hasil panen. Maka, wajib padanya zakat ketika sudah tampak kematangannya. Adapun waktu menunaikan dan pelaksanaan zakatnya adalah ketika sudah di panen.
 
Nishab dan kadar Zakat Mal
 
1. Emas dan Perak
Emas dan perak dikeluarkan sebagai zakat apabila telah mencapai haul dan nishab. Nishab emas adalah 85 gram emas murni atau 20 dinar. Nishab perak yaitu 200 dirham atau setara dengan 595 gram perak. Dan apabila sudah mencapai jumlah tersebut, maka wajib mengeluarkan zakat sebesar2,5%.
 
2. Harta Perniagaan
Harta perniagaan juga dihitung sesuai zakat emas. Besaran zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%. Contoh : sebuah perusahaan memiliki sejumlah laba kotor senilai Rp40,000,000. Apabila harga 1 gr emas sebesar Rp400,000 dan dengan nishab 85 gr, maka nishabnya adalah Rp34,000,000.- sehingga terkena wajib zakat sebesar : 2,5% x Rp40,000,000 = Rp1,000,000.-
 
3. Binatang Ternak
Nishab untuk unta adalah 5 ekor. Sedangkan, nishab untuk sapi, kuda, dan kerbau masing-masing adalah 30 ekor. Sementara itu, nishab untuk kambing atau domba adalah 40 ekor.
 
4. Hasil Pertanian
Nishab untuk hasil pertanian adalah lima wasaq atau setara dengan 653 kg gabah atau 524 kg beras. Zakat hasil pertanian yang harus dikeluarkan adalah sebesar 10% jika lahan dialiri secara alami, sedangkan apabila pertanian dialiri oleh irigasi maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan menjadi 5%. Sebagaimana dalam hadis berikut ini, “Dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, “Tidak ada zakat (pada harta) yang tidak mencapai lima wasaq; juga pada harta yang tidak mencapai lima ekor unta; serta yang tidak mencapai lima auqiyah.” (Hadist Muttafaqun ‘alaih)
 
5. Harta Karun atau Harta Temuan
Tak hanya harta milik sendiri, harta temuan atau harta karun juga wajib untuk dizakatkan. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai batas waktu dari zakat harta temuan ini. Beberapa ulama berpendapat terdapat syarat haul dan yang lainnya mengatakan bahwa haul tidak berlaku untuk harta temuan. Sementara untuk besaran zakat yang dikeluarkan dari harta karun adalah 20%.
 
6. Harta Profesi atau Simpanan
Zakat atas harta profesi adalah zakat mal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal dari pendapatan. Untuk nishab zakat penghasilan sebesar 522 kg beras dengan kadar zakat 2,5 %.
Sementara untuk harta simpanan para ulama sepakat bahwa seseorang yang memiliki harta simpanan yang telah mencapai nishab dan haul wajib dikeluarkan zakatnya. Nilai zakatnya sebesar 2,5 % dari seluruh harta simpanan yang dimiliki.