Menghentikan Bencana Dengan Taubat

Sebagai konsekuensi keimanan, seorang mukmin akan melihat seluruh peristiwa yang ia alami dari kacamata keimanan. Ia selalu berfikir dan mempertimbangkan akhirat dalam mengambil sikap dari yang ia alamai, termasuk bencana.

Manusia Lupa Allah ketika melihat Kejadian Alam

Dalam kehidupan kita sering melhat peristiwa-peristiwa alam. Dalam Al-Quran peristiwa alam disebut al-Aayah atau al Aayaat . Allah memperlihatkan peristiwa alam dengan tujuan agar manusia ingat Allah.

Manusia sering lupa Allah ketika melihat peristiwa alam. Dalam sebuah Hadist Qudsi, Allah menegur sahabat yang lupa Allah ketika turun hujan. Ia menyangka hujan turun karena kemunculan sebuah gugusan bintang.

Dari Zaid bin khalid al Jahni ra , ia berkata:”Rasulullah SAW Shalat Subuh bersama kami, di Hudaibiyah.  Setelah turun hujan di malam hari. Setelah shalat selesai, Beliau menghadapkan wajahnya ke jamaah shalat. Dan Bertanya:”Apakah kalian tahu apa yang dikatakan Rabb kalian? Mereka menjawab:”Allah dan Rasulnya Lebih tahu.” Allah berfirman :”Di pagi ini ada hambaku yang beriman kepadaku dan ada yang kafir. Barang siapa berkata turun hujan kepada kami karena karunia dan rahmat Allah, maka Ia beriman kepadaku dan kufur terhadap Al-Kaukab (benda di langit) dan barang siapa bekata, turun hujan kepada kami karena sebab gugusan bintang, maka ia kufur kepadaku dan beriman dengan Al Kaukab (benda di langit) (HR. Bukhori dan Muslim).

Musibah Ilmu Pengetahuan

Di zaman manusia mencapai kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu hebat, manusia sering mengesampingkan Allah ketika terjadi peristiwa alam. Gempa bumi yang mengguncang Lombok dan Sulawesi tengah hanya dianalisa secara ilmu pengetahuan  saja. Lupa bahwa di sana ada Dzat yang berkuasa memerintah kepada seluruh benda baik di langit atau di bumi.

يدبر الأمر من السماء إلى الأرض.

” mengatur urusan dari langit dan bumi ( As Sajdah )

Bencana terjadi Atas kehendak Allah.

Keyakinan seorang mukmin, apapun yang terjadi semuanya atas kehendak Allah. Gempa yang mengakibatkan korban adalah kemarahan Allah.  Bencana Adalah tentara Allah.

ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ أَن يَخۡسِفَ بِكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فَإِذَا هِىَ تَمُورُ (١٦) أَمۡ أَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ أَن يُرۡسِلَ عَلَيۡكُمۡ حَاصِبً۬ا‌ۖ فَسَتَعۡلَمُونَ كَيۡفَ نَذِيرِ (١٧)

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, (16) atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana [akibat mendustakan] peringatan-Ku? (17) (al-mulk)

Dosa Manusia Pemicu Bencana

Allah SWT memastikan bahwa bencana disebabkan dosa manusia: hanya kepada Allah kita berlindung dari bencana.

{ وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ } [الشورى: 30، 31]

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar [dari kesalahan-kesalahanmu]. (30) Dan kamu tidak dapat melepaskan diri [dari azab Allah] di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong selain Allah.

Mencegah Bencana Dengan Istigfar dan Taubat.

Rentetan bencana yang tidak berhenti di Indonesia seharusnya disikapi dengan bertaubat kepada Allah, Mengakui segala hal yang diharamkan, menyesal karena melakukan haram dan meminta maaf kepada Allah.

Pada tahun 654 H, di Madinah terjadi gempa besar yang menyebabkan munculnya api besar di Madinah. Api tersebut terus menyala sehingga Madinah tidak mengalami malam. Pemerintah Kota Madinah menyerukan taubat kepada Allah. Mereka berkumpul di Masjid dengan memakai pakaian lusuh, menunjukkan betapa hinanya mereka di sisi Allah, berdoa, beristigfar, bersedekah, memerdekakan hamba sahaya dan bertaubat. Allah SWT melepaskan mereka dari bencana tersebut.

Demikin pula dengan kaum Nabi Yunus As. Mereka menyadari kesalahan mereka ketika melihat azab Allah menghammpiri Nainawa, negeri kaum Yunus. Merekapun bertaubat dan beriman. Allah palingkan Azab dari mereka.

{ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ } [يونس: 98]

Tatkala mereka [kaum Yunus itu], beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (98)

Meninggal Dalam Bencana Syahid:

Bagi seorang mukmin, kalaupun ia terkena bencana dan meninggal. Maka ia Syahid. Rasulullah SAW bersabda:

“الشهداء خمسة المطعون والمبطون والغريق وصاحب الهدم والشهيد في سبيل الله”.

Para syahid itu ada lima: tertusuk, Karena penyakit di perut, tenggelam, tertimpa, dan syahid fii sabilillah  (HR. Bukhori)

 

Penutup:

Bagi seorang mukmin, bencana adalah kemarahan Allah. Pemicunya adalah dosa. Untuk menegah bencana kita harus menghilangkan sebab dari bencana itu sendirinya, yaitu Dosa.  Hanya dengan Taubat dan Istigfar bencana bisa dihentikan.