
Assalamu’alaikum Social Investor!
Kurban merupakan bentuk pengorbanan yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan sebagai ungkapan syukur atas nikmat-Nya. Dalam sejarah panjang umat manusia, kita melihat bagaimana syariat kurban telah ada sejak zaman Nabi Adam dan terus berlanjut hingga saat ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi jejak perjalanan syariat kurban semenjak Nabi Adam dan mengungkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Syariat kurban berasal dari peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Adam dan Hawa. Hal tersebut terjadi karena konflik internal, sehingga Nabi Adam As memerintahkan kedua putranya untuk berkurban. Ketika kedua putra mereka yaitu Habil dan Qabil, membawa kurban sebagai ungkapan ibadah kepada Allah. Habil membawa kurban dengan niat yang tulus dan ikhlas, sehingga kurban tersebut diterima oleh Allah, sedangkan Qabil membawa kurban dengan niat yang tidak ikhlas sehingga tidak diterima oleh Allah.
Habil memberikan persembahan terbaiknya berupa hewan ternak sementara Qabil hanya memberikan hasil pertaniannya yang buruk. Alhasil kurban milik Habil lah yang diterima oleh Allah SWT. Kisah ini terdapat dalam QS. Al-Maidah ayat 27 :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa”.
Kisah Habil dan Qabil memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya ketakwaan dan niat yang ikhlas dalam melaksanakan ibadah kurban. Kurban bukan hanya tentang materi atau bentuk fisik, tetapi lebih kepada kualitas hati dan pengorbanan yang tulus. Allah SWT menerima kurban dari orang-orang yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan ketakwaan dan niat yang baik.
Sejak masa Nabi Adam, syariat kurban telah menjadi bagian penting dari ibadah umat manusia sebagai ungkapan rasa syukur, ketaatan, dan pengabdian kepada Allah SWT. Melalui contoh kisah Habil dan Qabil, kita diajarkan untuk membawa kurban dengan hati yang tulus, persembahan yang terbaik, dan niat yang ikhlas. Dengan demikian, kita dapat memperoleh keberkahan dan penerimaan dari Allah SWT dalam pelaksanaan kurban. Kurban juga memiliki makna sosial, di mana daging kurban dibagikan kepada fakir miskin, yatim piatu, dan kaum dhuafa, sehingga menguatkan ikatan sosial dan memperhatikan mereka yang membutuhkan.